Panduan baru itu berarti orang-orang harus mengurangi jumlah tersebut menjadi kurang dari 10 persen dari asupan energi harian, atau menjadi sekitar 50 gram atau 12 sendok teh gula untuk orang dewasa, menurut badan PBB tersebut.
Pengurangan menjadi kurang dari 5 persen bahkan lebih baik dalam membantu mencegah penyakit-penyakit kronis terkait pola makan yang buruk termasuk penyakit jantung, kanker dan diabetes, tambahnya.
"Alasan kami memfokuskan pada gula adalah karena kami telah betul-betul melihat hubungan penting antara kenaikan berat badan dan obesitas merupakan masalah kesehatan publik besar di banyak negara, sebuah kekhawatiran yang meningkat," ujar Direktur Departemen Nutrisi untuk Kesehatan dan Pembangunan, Dr. Francesco Branca.
Rekomendasi-rekomendasi WHO mencakup gula-gula bebas seperti glukosa dan fruktosa, dan sukrosa atau gula meja yang ditambahkan pada makanan dan minuman yang diproses. Mereka tidak mencakup gula yang ditemukan secara alami dalam buah segar, sayuran dan susu.
Rata-rata konsumsi di Amerika Selatan adalah 130 gram per orang dewasa per hari, di Amerika Utara dan Amerika Tengah 95 gram, di Eropa Barat sekitar 101 gram dan 90 gram di Timur Tengah, menurut Branca. Afrika selatan dan ekuatorial memiliki rata-rata terendah yaitu 30 gram.
"Gula bebas dapat ditemukan dalam sejumlah besar produk, bahkan di mayoritas produk," ujarnya.
Satu kaleng soda manis mengandung sampai 40 gram (sekitar 10 sendok teh) gula, sementara jus jeruk dan apel mengandung antara 24-26 gram, ujarnya.
"Sangat mudah melampaui rekomendasi 12 sendok teh jika Anda mungkin makan semangkuk sereal pada saat sarapan, lalu minum soda siang hari, kemudian makan malam ada yogurt manis, Anda sudah melewati batas 10 persen. Anda sudah mengkonsumsi sekitar 15 sendok teh," ujar Branca.
Konsumsi gula global dari rata-rata harian sekitar 58 gram per orang pada 2003 meningkat menjadi 63 gram pada 2013, atau naik sekitar 10 persen, menurut WHO.
Asosiasi Gula, sebuah kelompok perdagangan AS, mengecam panduan tersebut, dengan mengatakan bahwa pernyataan itu menggunakan "data lemah dan tidak konsisten" dalam mengaitkan asupan gula dengan penyakit-penyakit kronis.
0 comments:
Post a Comment